pagi yang dingin tak menyurutkan niatku untuk segera mandi dan membereskan sisa pakaian yang masih tergeletak di tempat tidur. suara ketukan dari balik pintu kamar, kembali terdengar untuk kedua kalinya disertai dengan suara panggilan " mas bangun mas, sudah jam 7".
pasti suara si penjaga penginapan, karena sebelumnya saya sempat memberitahukan tolong bangunkan saya esok pagi.
setelah ngobrol sebentar dengannya, saya bergegas menapaki jalan di Kota Bukittinggi di tengah geliat kesibukan yang mulai nampak. berjalan kaki seorang diri sembari tanya sana sini jika bertemu dengan warga lain yang berpapasan. spot pertama di hari ke-2 yaitu "Ngarai Sianouk". disarankan jangan malu bertanya pada warga sekitar, daripada kita nyasar dan salah jalan ? dan satu yang membuat saya tidak segan bercengkrama ria dengan penduduk disini. jika kita tanya dan mengajak ngobrol, mereka pasti dengan ramah berdialog dengan kita.
setelah berjalan selama 30 menit, saya pun berada di salah satu perempatan jalan. dan menurut informasi yang dapat sebelumnya, saya disarankan ambil jalur ke kanan menuju ke tempat yang dituju.
disini tersedia jasa ojek motor, namun saya lebih memilih jalan kaki saja lah. sehat dan hemat budget. hehehehe.
melintas dijalan turunan yang cukup curam, sementara di kiri kanan jalan di apit tebing terjal dan dihiasi bulir lembur tirta yang mengalir hingga ke jalan. 10 menit berselang, tampak di salah satu tebing sebuah gua yang cukup lebar, yang dikenal dengan "Lubang Jepang". tempat dimana prajurit Jepang bersembunyi, kala perang masih berkecamuk disini.
sayang,....tempatnya masih tutup. atau saya yang kepagian sampai di tempat ini.
sementara si sebelah kiri gua tersebut terdapat tangga yang cukup tinggi serta berkelok.
tak ingin menunggu lama, saya bergegas menapaki satu demi satu anak-anak tangga itu. sempat beberapa kali istirahat untuk mengatur nafas. dan diakhir tangga ini kita akan menjumpai sebuah pos tempat penjualan tiket masuk. ternyata saya baru tau, dari sini jalan menuju ke menara pandang ngarai yang tersohor itu.
karena pagi itu belum ada penjaga, saya melewati pos itu tanpa beli tiket. ( bukan salah ku ). hehehehe.
berjalan 10 menit dan sempat melewati kuburan penduduk setempat, nun jauh di depan sana pemandangan alam yang sangat mempesona "Ngarai Sianouk".
"Tuhan, betapa indahnya cipta'an-MU".
hanya itu yang bisa saya katakan. sebuah tempat yang menjadi salah satu impianku dimasa kecil. dan sekarang saya bisa melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Ngarai Sianouk
sebuah tempat yang sangat indah. si kaki ngarai mengalir dengan damainya sebuah sungai kecil. sementara sawah nan hijau membentang dengan anggunnya, sembari mengapit jalan raya yang berkelok di sampingnya.
dan saya pun bergegas mampir di salah satu warung kecil, yang berjejer di sepanjang jalan.
berada disini, kita seolah-olah dihipnotis dengan keelokan alam yang terpampang di depan mata. nampak di kejauhan, Gunung Singgalang berdiri dengan gagahnya. semilir angin yang berhembus di tambah dengan alunan lembut tembang Minang lawas yang sengaja dilantunkan lewat pengeras suara si warung tersebut.
aaahhhhh. ingin rasanya berlama-lama ditempat ini.
namun waktu semakin beranjak siang, saya memutuskan untuk segera meninggalkan tempat ini untuk menuju ke tempat selanjutnya.
masih terus berjalan kaki, 20 menit kemudian saya sampai di pintu masuk ke "Benteng Fort De Kock".
tempat ini berdiri di tanah yang cukup tinggi. pantas saja penjajah Belanda mendirikan benteng disini.
pintu masuk ke komplek Benteng
dari sini kita bisa melihat keindahan Kota Bukittinggi, dengan sungai disertai bangunan-bangunan kuno nya.
beranjak dari Benteng, saya menelusuri "Jembatan Lempapeh" yang cukup panjang.
Jembatan Lempapeh
di titik terakhir ujung jembatan ini, di depan sana nampak sebuah bangunan khas Minangkabau yang cukup besar. inilah yang disebut dengan, "Rumah Adat Baanjuang".
berdiri diatas lahan yang luas, sementara di sekelilingnya berdiam berbagai macam jenis bintang-binatang yang dilindungi. sekaligus menghiasi taman kebun binatang di Kota yang indah ini.
Rumah Adat Baanjuang
setelah membayar tiket masuk, saya segera beranjak menaiki tangga.
disini terdapat tuliasan sejarah singkat asal mula Minangkabau, peralatan tukang kayu dan batu, peralatan perang, uang tempo dulu, dan masih banyak lagi.
pengunjung pun bisa foto sambil mengenakan pakaian adat Minang, dengan tarif Rp. 20.000.
ternyata banyak juga wisatawan mancanegara yang berkunjung kesini. dari orangtua sampai anak-anak yang masih kecil.
tempat ini sarat akan adat dan budaya, berada disini kita seakan terbawa ke alam dan adat Minang tempo dulu.
tepat pukul 3 sore, saya meninggalkan tempat ini. sembari mengabadikan semuanya dengan kamera kesayangan.
berjalan kaki 25 menit, akhirnya saya kembali ke Jam Gadang. rasanya perut perlu di isi, setelah hampir seharian jalan kaki. dan waktunya berburu kuliner lokal.
"Nasi Kapau". tempatnya berada di komplek "Pasar Atas".
jika kita berada di depan Jam Gadang, beranjaklah ke kanan sambil menelusuri lorong di depan lapak-lapak di pasar tersebut. 100 meter kemudiam, tengoklah ke kiri jalan, disitu berjejer dengan rapih nya warung-warung para penjual kuliner ini.
Warung Nasi Kapau
senyum khas Ibu-Ibu penjual Nasi Kapau akan menyambut kita dengan ramah nya. sembari menawarkan aneka macam menu yang tersaji di depan mata.
ingat pesan teman, katanya : "belum lengkap rasanya ke Bukittinggi, kalau belum mencicipi Nasi Kapau". hehehehe.
ternyata benar kata temanku.
harganya cukup terjangkau untuk ukuran para backpacker seperti saya ini.
dan perjalanan hari ke-2 yang cukup melelahkan ini di tutup dengan kembalinya saya ke penginapan semula. ingin rasanya segera istirahat dan tidur, setelah melewati hari yang melelahkan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar