Minggu, 22 Februari 2015

sisi lain kehidupan di perairan Teluk Tomini


... setelah melewati 2 hari bermain bersama ikan, karang dan koral di kepulauan Togean, saya segera berkemas dan berencana meninggalkan pulau kecil ini. pagi nan damai, diselingi canda tawa bersama wisatawan lainnya, kami beranjak dari cottage Black Marlin dan menuju pelabuhan kecil yang disediakan bagi para tamu yang berkunjung disini.

disini sudah menunggu speedboat berkapasitas 30 orang yang akan membawa kami ke Pulau Wakai, sebagai tempat transit. saya berdesakan dengan wisatawan asing lainnya. oiyah, mereka berasal dari berbagai Negara di Eropa. dari Inggris, Perancis, Britania Raya dan Polandia. saya mengetahuinya ketika ngobrol sebentar di pelabuhan. dan untuk selanjutnya, saya hanya mendengar ocehan mereka saja, tanpa tau artinya. maklum, masih minim bicara bahasa inggris hehehe.



pelabuhan laut Pulau Wakai


20 menit kemudian, kami tiba di pelabuhan Pulau Wakai dan berpisah disini. karena mereka akan melanjutkan perjalanan ke Gorontalo dan Manado. katanya sih mau ke Bunaken. hmmm, dasar bule. nggak ada puasnya menyelam.

masih di pelabuhan, tampak kesibukan mulai terasa. beberapa perahu motor kecil mulai merapat. sembari bongkar barang dagangan bersama perahu lainnya. saya penasaran dengan pemandangan ini. setelah mendekat dan bertanya pada salah satu penduduk setempat, saya akhirnya tau bahwa mereka sedang barter barang dagangan. nelayan dengan ikannya, sementara petani dengan hasil bumi dari kebunnya. hehehe. jadi ingat waktu travelling di Pasar Apung Kalimantan Selatan.

tampa terasa pagi kian beranjak pergi, sementara satu persatu perahu meninggalkan pelabuhan. saya segera mendekati salah satu nelayan menawarkan diri untuk menumpang perahu nya.

" Pak, mau ke pulau kabalutan yah ?. tanyaku kemudian

" iyah mas ". jawabnya sambil menguras sisa air didalam perahunya.

" boleh saya numpang Pak ". tanyaku kembali.

" boleh mas, tapi tunggu sebentar yah. saya mau beli minyak dulu.

... dan setelahnya, kami beranjak membelah laut. rupanya Bapak ini dari Suku Bajau. dan berdiam di Pulau Anam. katanya sih kalau mau ke Pulau Kabalutan harus melewati kampung beliau terlebih dulu.



nelayan Suku Bajau



dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk bisa mencapai Pulau Anam. sementara ke Pulau Kabalutan, harus menempuh perjalanan 1 jam lagi. hhhffft. modar sudah jadinya.
tapi jangan salah, panorama alam selama perjalanan sangat memanjakan mata. dengan lautnya yang dangkal, kita bisa melihat dengan jelas terumbu-terumbu karang beraneka warna menghiasi keindahan bawah lautnya.

matahari semakin tinggi, dan perlahan perahu yang saya tumpangi merapat di salah satu rumah penduduk yang berdiri bak mengapung diatas laut. setelah mengucapkan terimakasi, saya bergegas menaiki anak tangga. tujuan awalnya rumah kepala desa. lapor dulu maksudnya hehehe. setelah tanya sana sini, saya akhirnya menjumpai rumah kepala desa di pulau terpencil ini.



Pulau Kabalutan


cukup lama kami ngobrol, dan pada akhirnya Bapak kepala desa menawarkan saya untuk menginap di rumahnya yang sederhana. lumayan lah, bisa hemat biaya perjalanan hehehe.
panorama alam disini begitu indah, saya sengaja beranjak dan sembari menaiki salah satu pulau karang kecil yang berada di tengah kampung ini. dari sini kita bisa melihat secara keseluruhan daei rumah-rumah penduduk, pulau-pulau kecil disekitarnya dan aktifitas para nelayan yang sedang memperbaiki jala dan perahunya.




sunset Teluk Tomini


keindahan Pulau Kabalutan seolah menghipnotis saya, sehingga saya pun harus menginap 2 malam di rumah kepala desa. sembari menjelajahi bibir-bibir pantai nya yang berpasir putih. dan malamnya ikut dengan para nelayan mencari ikan ditengah lautan.