Minggu, 28 September 2014

Sulawesi kembali memanggil





sebelumnya saya pernah menjelajahi Pulau ini, tapi hanya beberapa Kota di 2 Propinsi saja ( Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara ). karena keterbatasan waktu dan ditambah lagi dengan kondisi keuangan yang sudah mulai menipis, akhirnya saya memutuskan untuk kembali pulang.


iyah. Pulau Sulawesi, atau sering disebut juga Celebes. menyimpan panorama alam, laut dan pantainya yang sangat mempesona. khas perairan Indonesia Timur. selain Adat, Budaya dan cerita rakyatnya yang sudah melegenda. dikelilingi wilayah perairan, panorama bawah lautnya menyimpan sejuta pesona yang sangat layak untuk dijelajahi bagi para penyelam.
sementara bagi yang menyukai keanekaragaman kultur Budaya lainnya, disini merupakan tempat yang baik untuk disinggahi. sembari berkomunikasi dengan penduduk-penduduk lokalnya yang ramah.


sengaja saya menulis judul di tulisanku kali ini :
" Sulawesi kembali memanggil "
itu karena saya ingin menjelajahi kembali Pulau yang indah ini. rencananya liburan kerja di akhir Oktober 2014.
bagi sahabat traveller yang ingin gabung, monggo silahkan kontak saya :

Emanuel Ndelu Wele ;
e-mail : emanuelnw.enw@gmail.com
Phone : 081357802185
PIN BB : 7DC78906
atau kunjungi blog ku :
www.emanuelndeluwele.blogspot.com


tempat-tempat yang rencananya akan saya jelajahi diantaranya :
menjelahi Kota Palu, Pantai di Donggala, Toli-Toli, Gorontalo, Tomohon, Danau Tondano, Manado, Bitung, Teluk Tomini, Pulau Togean, Suku Bajao, Luwuk, Ampana, Poso dan Tentena.


saya biasa melakukan perjalanan ala backpacker atau berwisata dengan sistem low budget. 
tanpa rencana perjalanan, tanpa estimasi biaya dan waktu. dan mengikuti kemana angin membawa kakiku untuk terus melangkah.


kutunggu kabar dari kalian, sahabat-sahabat traveller.
saya berangkat tanggal 23 Oktober 2014, dari Kota Balikpapan - Kalimantan Timur. dengan menumpang Kapal Motor "Dorolonda", tujuan Pelabuhan Laut "Pantoloan", Kota Palu - Sulawesi Tengah.


sahabat setia pendakian Gunung






ini kisahku. bersama sahabat setia, yang senantiasa menemani petualangan pendakian Gunung.
dia hanyalah benda mati. mungkin saja bisa dikatakan orang gila, ketika kita berbicara dengannya. tapi, ini pernah dan bahkan sering terjadi dimana berbicara tidak selamanya harus dilakukan pada manusia saja.

ketika musim pendakian Gunung tiba, aku selalu bersamanya. membawanya, kemana kakiku melangkah. tak jarang aku menghempaskan begitu saja di gerbong kereta, di baggasi bus antar kota, bahkan di bak truck pengangkut sayur yang kotor dan bau menyengat.

dia yang selalu setia berada dipundakku. mengapit erat, seakan takkan terpisahkan oleh ruang dan waktu. bersamanya menelusuri tapak-tapak jalanan berbatu cadas, tanjakan nan terjal, diapit jurang nan dalam. melewati badai, derasnya hujan, dinginnya hawa pegunungan, kabut yang tebal. tapi kita selalu bersama.

seringkali aku menghempasnya ketanah yang kotor, ketika rasa lelah yang begitu terasa seakan meluluhlantakan badanku. ditambah lagi jalanan terjal didepan mata yang nyaris tak berujung.
tapi kembali aku mengangkatnya, dan menempel erat dipunggungku. tuk bersama melewati jalanan terjal itu sambil berkata :
" mari kita lanjutkan lagi perjalanan ini "

dan luapan bahagia disertai airmata bercampur jadi satu, ketika telah berada di puncak Gunung yang dituju. aku memeluknya, seraya berkata :
" kita sudah sampai, sahabatku "


ketika liburan telah usai, engkau hanya digantung begitu saja. menghiasi dinding-dinding kamar. tapi engkaulah sahabat perjalananku. andai dapat berbicara, pastinya engkau akan mengatakan pada dunia, bahwa betapa dahsyatnya perjalanan yang pernah kita lewati bersama.

tapi aku berjanji. petualangan selanjutnya sudah menanti kita sahabatku. bahkan ini lebih dahsyat lagi dari sebelumnya. pastinya aku akan selalu membawamu, tuk bersama kita menggapai puncak di tingginya Gunung.



Sabtu, 27 September 2014

kisah perjalanan

"hidup adalah petualangan"
sebuah kalimat yang pernah aku baca disalah satu kisah perjalanan seorang sahabat. dan kalimat itulah yang membuat aku berpikir sejenak, tentang arti yang terkandung didalamnya.






ketika aku memutuskan untuk memulai petualangan, perasaan ragu seringkali menghiasi hari-hari penantianku, sambil menunggu waktu liburan tiba.
mungkinkah aku bisa menjalaninya ?
sudah siapkah diriku secara fisik dan mental ?
bagaimana kalau aku nyasar dan tidak bisa pulang ?
baik kah orang-orang diluar sana ?

ahh. sempat berpikir, apa aku harus membatalkan semuanya ?
diantara rasa ragu yang seringkali datang menghantui, tak sengaja aku teringat akan sebuah tulisan :
" bagaimana kamu akan merasa gagal, kalau kamu tidak pernah mencobanya ".
kata-kata itulah yang begitu menginspirasiku untuk memulai melangkah, menelusuri tapak-tapak jalanan yang belum pernah kulewati sebelumnya.

aku mulai mengumpulkan informasi tempat tujuan petualangku. dari rute perjalanan, estimasi biaya dan waktu, hingga ke hal-hal kecil lainnya, yang kuanggap perlu. walaupun nantinya aku kembali merasa bahwa itu semua tidak terlalu penting. karena seiring berjalannya waktu, aku lebih sering mengikuti kemana arah angin membawa langkah kakiku.
tanpa rencana perjalanan, tanpa ada estimasi biaya dan waktu.

awal petualangan, ketika aku mulai mendaki salah satu Gunung di Jawa Tengah. disinilah aku mulai menambah belajar tentang arti persahabatan, tolong-menolong, kerjasama kelompok, dan masih banyak lagi.
dan setelah aku sampai di puncaknya, sejauh mata memandang nampak pemandangan yang begitu indah. Gunung, Lembah, Sungai, Ngarai mengisi luasnya alam. ternyata Neg'ri ini indah sekali.
dari situlah mulai timbul niatku untuk menjelajahi tanah di Neg'ri tercinta ini. walaupun berbekal pengetahuan yang belum memadai, kondisi keuangan yang menipis, aku tetap nekat untuk menjalaninya. semoga orang-orang diluar sana bisa membantu selama perjalanan. begitu doa ku.

berhati-hatilah dengan pemikiranmu, karena itu bisa jadi kenyataan. ketika aku memutuskan untuk berpetualang, aku sempat bingung. bagaimana aku memulainya ?
namun, kehidupanlah yang membawaku untuk memulai perjalanan ini.

berikut adalah daerah-daerah yang pernah aku jelajahi :

1. Pulau Sumat'ra ;
Lampung, Sumat'ra Selatan, Bengkulu, Riau, Jambi dan Sumat'ra Barat.

2. Pulau Jawa ;
Jakarta, Jawa Barat, Jogjakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

3. Pulau Kalimantan ;
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

4. Pulau Sulawesi ;
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

5. Pulau - Pulau lain ;
Bali, Lombok, Bima, Moyo, Gili Laba, Komodo, Rinca, Flores, Timor, Lembata, Alor dan Ternate.


banyak hal yang kupelajari selama pertualangan tersebut. pengalaman-pengalaman selama dijalan, secara perlahan mengubah cara pandang dan pola pikir dari kehidupan yang kujalani sebelumnya.

ketika aku merasa begitu senang, karena impian masa kecil, sampai impian dimasa dewasa mulai terwujud. dimana aku bisa melihat indahnya Jam Gadang dan Ngarai Sianouk di Kota Bukittinggi, Pantai Teluk Bayur, Bunga Raflesia di Bengkulu, Jembatan Ampera dengan Sungai Musi nya, Monumen Nasional, Taman Mini Indonesia Indah, Candi Prambanan, Bengawan Solo, Jembatan Merah, Pantai di Bali dan Lombok, Komodo, Danau Kelimutu, Perbatasan Indonesia-Timor Leste, Kesultanan Ternate, menggapai puncak Gunung-Gunung yang tinggi, dan masih banyak lagi.


seringkali aku merasa marah, sedih dan kecewa selama perjalanan.
pernah menghadapi masa-masa sulit ketika kehabisan uang di Kota Jambi. akhirnya aku minta bantuan sama Polisi yang sedang bertugas.
nyasar dan salah jalan ketika malam tiba disebuah dusun terpencil di Jawa Timur, kehujanan dan diterjang badai ketika melakukan pendakian disalah satu Gunung, dikejar binatang buas waktu turun dari Gunung, sudah terbiasa menumpang truck pengangkut sayur dan tebu, berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer. selain itu aku juga mempunyai banyak teman dan hal-hal baru lainnya.

perjalanan ini membuka lebih lebar lagi mataku, mengenai makna kehidupan. mengajarkanku arti sebuah ketulusan dan memberi tanpa pamrih dan mengenai cinta kepada sesama manusia.

selama perjalanan, aku pernah tinggal di rumah keluarga Hindu, keluarga Nasrani dan keluarga Muslim. di rumah orang Minang, Melayu, Batak, Jawa, Bali, Suku Sak-Sak, Suku Timor, Banjar, Kutai, Dayak Bakumpay, Dayak Ma'nyan, dan di rumah Suku Bajao.
sering pula tidur di terminal, stasiun kereta api, gubuk di tengah sawah, pos Polisi, pos Kam-Ling, dan di teras Mesjid ketika kemalaman setelah turun dari Gunung.


pengalaman dijalan memperlihatkan kepadaku bahwa diluar sana, masih banyak orang-orang baik di Neg'ri tercinta ini. ketika aku salah jalan, tersesat dan kehujanan disebuah Dusun kecil yang sangat terpencil, serta jauh dari keramaian. dengan ramah, salah satu keluarga yang baru pulang dari ladang mengajakku untuk bermalam dirumahnya yang sangat sederhana. 2 hari aku menetap dirumah keluarga ini, sambil menunggu bajuku yang dijemur karena kebasahan diterpa hujan.

seringkali aku dihadapkan pada pertanyaan :
"sampai kapan dan sampai sejauh mana aku akan melangkah ?"
"benarkah ini yang ingin kulakukan ?"
namun aku tidak berhenti. kakiku terus berjalan, terus melangkah. entah sampai kapan.

seringkali aku merindukan saat-saat yang pernah terjadi didalam perjalanan tersebut. dan membuatku ingin kembali kemasa-masa itu. aku sangat bersyukur, perjalanan ini pernah terjadi didalam hidupku. hal seperti ini, menurut pikiranku tidak akan pernah terjadi 2 kali.
semuanya akan menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk bekal di kehidupan yang akan datang.


aku sudah terlalu banyak menerima kebaikan dari penduduk-penduduk di daerah yang pernah aku jelajahi.
mereka menerimaku dengan sangat baik sekali.
kiranya Tuhan yang akan membalaskan kebaikan mereka.
dan sekarang giliranku, yang meneruskan kebaikan itu kepada orang lain lagi.


Jumat, 26 September 2014

nostalgia Teluk Bayur

akhirnya sampai juga aku ditempat ini. sebuah tempat dimana aku mengenalnya sejak usia 7 tahun, dari buku-buku pelajaran Sekolah Dasar.

pagi itu. ditengah hiruk-pikuk kesibukan yang mulai nampak di Kota Padang, aku segera keluar dari salah satu penginapan sederhana yang berada persis dibelakang Kantor Bank Nagari. dan mulai berjalan sendirian membelah Ibukota Propinsi Sumat'ra Barat.
dari depan Bank Nagari, naik angkot menuju Pasar Lama. dilanjutkan dengan naik angkot lagi jurusan Pasar Lama - Teluk Bayur. begitu informasi yang aku dapat dari salah seorang penduduk Kota ini.

seperti biasanya. angkutan kota yang sering ngetem disepanjang perjalanan, membuatku harus sedikit bersabar.
tak apalah. yang penting sampai, lagian tidak terlalu mahal sewa ongkosnya.
sebelum sampai di Teluk Bayur, kita akan melewati simpangan jalan yang menuju ke Pantai Air Manis, yang terkenal dengan Situs Maling Kundang nya.
sementara tak lama berselang, didepan kita akan nampak lagi simpang jalan lainnya. itulah gerbang masuk ke Teluk Bayur.
jika kita ke kanan, akan menuju ke Pelabuhan peti kemas. dan jika kita ambil jalur lurus, akan melewati jalan yang berada dipinggir pantai Teluk Bayur dengan dihiasi rimbunan pohon-pohon kelapa dikiri-kanan jalan.



pintu masuk Pelabuhan


aku memilih lewat jalur kanan, karena mau melihat pelabuhan lautnya seperti apa. hehehehe.
berjalan kaki melewati komplek PT. SEMEN PADANG yang cukup megah, yang letaknya berada didepan pelabuhan ini. dan disebelahnya lagi merupakan area penimbunan Batubara milik perusahaan PT. BUKIT ASAM.



PT. SEMEN PADANG


jalan ini cukup ramai, dengan adanya kendaraan berat dan truck-truck besar menghiasi sisi terluar dari jalan ini.
bergegas saya masuk kedalam komplek pelabuhan yang luas ini, setelah sebelumnya minta ijin kepada petugas keamanan yang berjaga didepan pintu masuknya.



Pelabuhan Teluk Bayur



setelah mengambil beberapa foto, saya keluar dari komplek pelabuhan. sebenarnya spot yang bagus berada diseberang pelabuhan. begitu kata salah seorang buruh pelabuhan yang sempat ngobrol dengan saya.

kembali saya berjalan kaki dengan jarak tempuh yang cukup jauh. apalagi hari telah beranjak siang. rasa lelah mulai terasa, ditambah belum sempat sarapan pagi. lengkap sudah penderitaanku. hahaha.



jalan raya dipinggir pantai Teluk Bayur



menyusuri bibir pantai berpasir putih, seakan memanjakan mata kita disertai pemandangan alamnya yang elok dan mempesona.
rupanya disinilah tempat yang paling baik untuk bersantai sambil melihat pemandangan disekitarnya. rasa lelah seakan hilang diterpa hembusan sepoi-sepoi lembayung Samud'ra Hindia yang begitu sendu dan bersahaja menyentuh raga.



Pantai Teluk Bayur


sembari duduk dipinggir pantainya, saya memutar lagu Teluk Bayur dari handphoneku. dan perlahan mengikuti iramanya :

" selamat tinggal Teluk Bayur  permai
daku pergi jauh ke Neg'ri seb'rang
ku kan mencari ilmu di Neg'ri orang
bekal hidup kelak di hati tua . . . "

tanpa saya sadari, disamping saya telah berdiri seorang nelayan. sambil tersenyum dia berkata :

" kamu dari mana ? "

" saya dari Kalimantan, Pak ". jawabku sambil menjabat tangannya.

" jauh juga yah ? ". kata nelayan itu lagi.

dan tak lama kemudian nelayan ini pun segera pergi untuk melaut.

bahagia rasanya setelah aku bisa sampai ditempat ini. nampak didepan riak kecil gelombang yang menghempas dan mencumbui bibir-bibir pantai berpasir putih. sementara nyiur melambai dengan anggunnya dihempas semilir sang lembayung.

dibeberapa tempat, terlihat batu-batu cadas berukuran kecil,  turut menghiasi bibir pantai nan elok ini.


Pantai Teluk Bayur


disepanjang jalan ini, juga terdapat beberapa warung-warung makan yang berdiri menghadap ke laut.
sambil melepas penat, mampirlah ketempat ini. makan dilesehan dengan ditemani suasana pantai yang indah, makin lengkap rasanya berada disini.


*  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *


" ... SELAMAT TINGGAL TELUK BAYUR, KELAK AKU KAN' KEMBALI ... "



Kamis, 25 September 2014

kemilau Danau 3 warna di puncak Gunung Kelimutu

sahabat traveller, jika kalian datang dan berkunjung ke Pulau Flores, rasanya tidak lengkap kalau belum mampir ke Gunung Kelimutu yang sangat tersohor dengan Danau 3 warna nya.

Danau yang berada di ketinggian lebih dari 1600 meter diatas permukaan laut ini, mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing dan domestik. terbukti dengan banyaknya pengunjung yang datang untuk melihat lebih dekat keindahannya, yang pernah terlukis di pecahan Rupiah dan disalah satu Kartu Pos Indonesia serta Kartu Pos di Negeri Sakura.



di salah satu pecahan Rupiah



di salah satu Kartu Pos



* menuju Gunung Kelimutu :

jika sahabat traveller dari luar Pulau Flores, tujuan awalnya disarankan lewat Kota Ende, karena lebih dekat. apalagi sekarang telah ada beberapa Maskapai penerbangan seperti Wings Air, Merpati dan Trans Nusa, yang melayani rute Kupang-Ende atau Denpasar-Ende secara langsung tiap harinya.

dari Kota Ende disarankan menggunakan mobil sewaan. karena jalur dari pintu masuk ke puncak tidak tersedia angkutan umum.
jarak tempuh dari Kota Ende - Pintu Masuk berkisar 50 kilometer ke arah timur. melintasi area pegunungan, lembah, ngarai dan ladang persawahan.
dibutuhkan waktu hampir 1 jam sebelum mencapai pintu masuk.



Gerbang masuk ke Gunung Kelimutu


jalan yang kita lewati merupakan trans antar Kota Kabupaten di Pulau Flores ke arah timur, dengan Kota tujuan Ma'umere dan Larantuka.

gerbang masuk ke Gunung kelimutu berada persis disebelah kanan jalan ini. ditandai adanya sebuah Gapura dengan tulisan :
" SELAMAT DATANG DI TAMAN NASIONAL KELIMUTU ".

dari sini perjalanan menuju puncak tinggal 13 kilometer lagi. dengan melewati jalan berkelok dan terus menanjak.
ditengah perjalanan, kita akan menemukan lagi sebuah Pos pemeriksaan.
" POS MANUKAKO ". tempat membeli karcis tanda masuk ke Gunung Kelimutu.
tak lama berselang, kita akan sampai disebuah tempat parkiran kendaraan yang cukup luas. jika musim liburan, disini banyak terlihat para pedagang yang menjual minuman dan makanan ringan.



jalan setapak menuju puncak


dari sini kita mulai dengan melangkah. dengan jarak tempuh 2,5 kilometer menuju menara pandang. siapkan segera baju hangat yang tebal, karena kita akan ditemani suhu yang cukup dingin khas daerah pegunungan.

trek awal kita akan melintasi jalan setapak berupa anak-anak tangga yang landai dari beton yang cukup rapih, sementara di kiri-kanan jalan rimbun pepohonan seakan menyertai perjalanan. nun dikejauan terdengar alunan lembut pohon-pohon pinus yang dihempas sang lembayun dengan merdunya.



jalur menuju puncak


selama perjalanan menuju puncak, kita pasti akan melihat bahkan berpapasan dengan hewan penghuni Gunung Kelimutu.
biasanya para pengunjung memberikan makanan, berupa kacang tanah atau remahan roti. hewan ini sangat jinak dan bersahabat.



Burung penghuni Gunung Kelimutu




Monyet penghuni Gunung Kelimutu


lepas dari hutan kecil ini, pemandangan sudah mulai terbuka. didepan mulai nampak permukaan kawah dengan batu cadasnya yang sangat mempesona.
jalan setapaknya mulai menanjak, dan di kiri-kananya terdapat pagar pembatas dari besi untuk mencegah pengunjung terjatuh ke dasar jurang.



menuju Menara Pandang



dari sini sudah mulai terlihat 2 dari 3 Danaunya. sementara dititik tertingginya nampak Tugu yang merupakan Menara Pandang di puncak Gunung Kelimutu atau menurut penduduk setempat disebut ;
" HUBU HEDA".



Menara Pandang. "HUBU HEDA".


berdiri ditempat ini, kita akan melihat secara keseluruhan dari ke-3 Danau tersebut.
pemandangan alam disekitarnya sangat mempesona. dikejauhan terlihat Gunung Kelindota, berdiri dengan anggunnya di sisi sebelah timur. sementara gugusan perbukitan membentang mengelilingi sisi lain dari Gunung ini. sebuah Maha Karya Sang Pencipta yang begitu indahnya.



1. Tiwu Ata Bupu
( tempat arwah orang-orang tua )

2. Tiwu Ko'o Fai Nuwa Muri
( tempat arwah Muda-Mudi )


 ke-2 Danau ini letaknya berdekatan. dan hanya dipisahkan oleh tebing yang pendek.


3. Tiwu Ata Polo
( tempat arwah roh-roh jahat )


sementara ada 1 Danau lagi yang letaknya agak terpisah, berada disebelah kanan menara pandang.

menurut kepercayaan penduduk setempat, Gunung Kelimutu merupakan tempat yang sangat sakral. karena disini adalah tempat bersemayangnya roh-roh orang yang telah meninggal dunia.
sangat disarankan jangan sampai menjelang magrib, ketika kita berada di Gunung Kelimutu.


Berikut adalah foto-foto panorama keindahan Danau 3 warna di Gunung Kelimutu :


foto dari udara



foto dari menara pandang



sangat mempesona



bagaimana sahabat traveller, indah bukan ?
persiapkan diri anda untuk menjelajahi Pulau Flores, dengan Danau 3 warna nya di puncak Gunung Kelimutu.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

# Note :

waktu yang baik bulan April - September. bertepatan dengan musim kemarau.

sangat disarankan kita sampai di puncak atau di menara pandang saat subuh. sembari menanti detik-detik terbitnya sang mentari dari ufuk timur.

untuk penginapan, di dekat gerbang masuk banyak tersedia penginapan. dari kelas koper, sampai kelas ransel.

penduduk disini sangat ramah. jika kita ingin hemat biaya perjalanan, rumah-rumah penduduk bisa dijadikan tempat menumpang sementara.



Selasa, 23 September 2014

menjelajahi keunikan di Kabupaten Ende

Ende Nua Kita
Ende Sa'o Kita
mai sai Kita jaga sama-sama

artinya :
Ende Kampung Kita
Ende Rumah Kita
Marilah kita jaga sama-sama


Ende, merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur. letaknya sangat strategis, karena berada di tengah-tengah Pulau Flores. dengan kontur alam dikelilingi pegunungan, panorama alam yang tersaji sangatlah memukau, dan membuat Kabupaten ini menjadi salah satu tujuan favorit para wisatawan yang datang berkunjung ke Pulau Flores.

geliat wisata bertumbuh pesat, seiring banyaknya maskapai penerbangan mulai buka rute penerbangan menuju Kabupaten ini. dan disertai menjamurnya Hotel kelas Melati di tengah Kota maupun di dekat tempat-tempat wisata nya.

# menuju ke Kabupaten Ende :

* Jalur Laut :
dari Pulau Jawa dengan menumpang Kapal Pelni dengan tujuan Pelabuhan Laut Ipi, Kabupaten Ende.
ada juga Kapal Perintis lainnya. (silahkan cek jadwal Kapal Laut )


Pelabuhan Laut Ende


* Jalur Udara :
dari Pulau Jawa, terdapat beberapa maskapai penerbangan. seperti Lion Air, Merpati dan Trans Nusa. sebelumnya transit terlebih dahulu di Denpasar dan Kupang.


Bandar Udara Ende
Hj. Hasan Aeroboesman


* Jalur Darat :
dari Pulau Jawa, dengan melintasi Bali, Lombok, Bima, Sape, Labuan Bajo, Ruteng, Bajawa baru ke Ende.

banyak dari para sahabat traveller yang terkendala dengan waktu, kalau ingin berkunjung ke Kabupaten Ende. karena cukup jauh katanya.
tapi dijamin kalau anda mampir kesini, lelah dan capek selama perjalanan akan terbayar semuanya, dengan keindahan panorama alam, kearifan penduduk lokal dengan adat dan budaya nya.

berikut beberapa tempat yang layak untuk disinggahi di Kota Kabupaten Ende :

1. Tugu Nol Kilometer ;




berada persis di jantung Kota, Tugu ini merupakan titik awal untuk mengukur jarak ke berbagai daerah disekitar nya. dan juga sebagai spot pertama untuk mengelilingi keindahan Kota Ende.
disamping Tugu ini terdapat sebuah lapangan sepak bola dan sering digunakan juga untuk pergelaran acara lainnya.

2. Taman Budaya ;




dulu tempat ini merupakan gelanggang remaja. namun sekarang sudah dialihfungsikan menjadi Taman Kebudayaan dengan dibangunnya patung Sang Proklamator ditengah Taman ini yang menghadap ke Pantai.

3. Museum Tenun Ikat ;




lokasinya berada berseberangan dengan Taman Budaya.
didalam Museum yang cukup luas ini, tersimpan dengan rapih nya hasil tenunan khas Kabupaten Ende. dilengkapi dengan peralatan tenun yang berjejer disetiap sudut ruangan. kita juga bisa melihat secara langsung pembuatan tenun ikat ini.


Hasil Tenunan


4. Pantai Ria ;
letaknya tidak begitu jauh dari Taman Budaya. dengan garis pantainya yang mempesona, kita dimanjakan dengan lembutnya pantai berpasir putih ini.

tunggulah sampai matahari terbenam, untuk menyaksikan keindahan alamnya, sembari mencicipi kuliner lokal di warung-warung yang berjejer di pinggir pantai.


Sunset di Pantai Ria


5. Pasar Tradisional Mbongawani ;




seperti di pasar-pasar tradisional lainnya, pasar ini juga menjual aneka ragam hasil bumi, peralatan bercocok tanam, hasil laut dan sembako.
geliat kesibukan pasar ini dimulai pada pagi hari, dan terakhir akan terlihat sepi ketika waktu sudah mencapai siang hari.


6. Rumah Bekas Pengasingan Bung Karno ;




salah satu tempat yang merupakan kebanggaan masyarakat Kabupaten Ende.
untuk menuju ke tempat ini, beranjaklah dari Titik Nol kilometer. tak lama berselang kita akan melintas di depan Markas Polisi Militer.
dari sini kita tinggal berjalan beberapa langkah lagi. karena tempat ini persis berada disamping Markas Polisi Militer.


7. Monumen Pancasila ;




Monumen ini sebagai petanda gerbang masuk menuju Kota Ende dari sisi Timur.
jika kita keluar dari Bandara, kita akan melewati tempat ini yang berada di simpang lima jalan raya.
dibelakang terlihat Gunung Meja yang berdiri dengan anggunnya.


8. Pantai Nanga Nesa ;




Pantai ini sangat cocok dijadikan sebagai tempat untuk menghabiskan masa liburan.
letaknya yang berada diluar Kota, membuat pantai ini cukup tenang. sambil menikmati deburan ombak yang mencumbui bibir pantai berbatu dan berpasir putih.


senja di Pantai Selatan


tidak jauh dari pantai ini, kita akan menemukan sebuah muara. sebagai tempat bertemunya air laut dan air tawar.
panorama alam ditempat ini sangatlah memukau. dijamin anda pasti ingin berada lama-lama disini, sembari mengabadikan semuanya dengan kamera kesayangan.


Muara di Pantai Selatan Ende


9. Patung Marilonga ;




ini merupakan Patung seorang Pahlawan kebanggaan masyarakat Kabupaten Ende.
berdiri di salah satu simpang tiga, dan diapit oleh pegunungan dan sungai yang cukup lebar.
berada disisi timur pinggir Kota Ende, kita pasti akan melewati Patung ini, jika kita akan menuju ke Kota Ma'umere.


10. menjelajahi kearifan lokal Suku Lio ;

keluar dari Kota Ende, kita beranjak menuju ke arah timur.
kali ini kita akan menengok salah satu Suku terbesar di wilayah Kabupaten Ende.
"SUKU LIO".
Suku ini mayoritas berdiam di wilayah timur Kabupaten Ende, dari Pantai Utara sampai ke Pantai Selatan. sarat dengan kearifan lokal, adat dan budaya nya.
berada di wilayah dengan alam pegunungan, mata kita akan dimanjakan dengan panorama alam nya yang sangat mempesona.


Trans lintas Kabupaten Ende


melintas disebuah jalan raya yang berkelok diantara pegunungan yang menjulang, dengan salah satu sisinya terdapat jurang yang dalam.
tak bosan-bosannya mata memandang keindahan alamnya yang tersaji.


Trans menuju ke Suku Lio


setelah melewati wilayah pegunungan, mata kita kembali akan dimanjakan dengan panorama alam ladang-ladang sawah yang berada persis di pinggir jalan raya.
disarankan berhentilah sejenak ditempat ini, karena sayang untuk dilewatkan.


Sawah disalah satu perbukitan



kilau kemuning di kaki bukit


sepanjang perjalanan, kita akan menjumpai kampung-kampung kecil yang menghiasi wilayah pegunungan.
disini juga terdapat pasar kecil yang menjual hasil bumi seperti sayur, umbi-umbian, buah-buahan dan hasil bumi lainnya. yang langsung diambil dari ladang-ladang didekat rumah penduduk.





11. Perkampungan Suku Lio ;



Rumah Adat Suku Lio di Desa Jopu


keramahan masyarakatnya akan terasa, ketika kita mulai menjejakan kaki masuk ke perkampungannya.

"berilah sedikit senyummu, dan mereka akan membalasnya dengan beribu-ribu senyuman".

memang begitulah yang terjadi, dan buka hanya obrolan semata.
penduduknya yang ramah, seolah siap menyambut kedatangan kita.

mayoritas rumah-rumah diperkampungan berbentuk panggung. dan dibawah kolong rumah, biasa dijadikan sebagai tempat menenun kain oleh Ibu-Ibu.




hasil tenunan ini langsung dijual ketika hari pasar tiba. yakni pada hari Kamis, karena pasarnya hanya digelar sekali dalam satu Minggu.


tempat menjual hasil Tenunan



Pasar Tradisional di Desa Jopu


kesederhanaan dan kekeluargaan. itulah kesan pertama ketika kita berada di wilayah perkampungan Suku Lio.
walaupun disini mayoritas penduduknya beragama Nasrani, kita tidak akan menjumpai satu pun warung makan yang menjual makanan Haram.
karena di Suku Lio sangat menghargai sesama umat beragama lain. sikap toleransi antar umat beragama sangat kental dan terpelihara dengan baik sejak dahulu kala.


jadi tunggu apalagi ?
segeralah persiapkan dirimu, untuk menjelajahi Kabupaten Ende dengan Suku Lio nya.


# Note ;
maaf, disini penulis tidak mencantumkan estimasi biaya dan lamanya perjalanan.
lain waktu saja yah, hehehe . . .



Sabtu, 20 September 2014

Pendakian Gunung Prau via Patak Banteng

senja perlahan mulai menyapa, disertai guyuran hujan yang semakin deras. ketika saya sampai di simpang 3 Desa Madusari, Kabupaten Wonosobo.
bergegas saya pun segera mencari tempat berteduh, sembari menepi disalah satu warung beratap terpal biru, yang berdiri persis dipinggir jalan Wonosobo - Dieng.

iyah. kali ini kembali melanjutkan petualangan ke salah satu Gunung di Wilayah perbatasan Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kendal.

Gunung Prau. dengan ketinggian 2565 meter diatas permukaan laut, merupakan salah satu tujuan favorit para pendaki gunung untuk mengisi waktu liburan.

Gunung ini tergolong pendek. namun pemandangan alam nya sangatlah indah jika kita sampai di puncaknya.
ada 2 jalur pendakian resmi yang sering dilewati untuk menggapai puncaknya.
pertama lewat Desa Patak Banteng. dan kedua bisa lewat Desa Dieng Kulon.

beranjak dari simpang 3 Desa Madurasi, atau bisa juga dari Terminal Mandolo Kota Wonosobo, dengan menumpang mini bus Jurusan Wonosobo - Dieng.
turun di Kantor Balai Desa Patak Banteng, yang letaknya berada disebelah kiri jalan.


Kantor Desa Patak Banteng


Base Camp di jalur pendakian ini berada dibelakang Kantor Balai Desa, masih berada satu bangunan dengan tempat ini.


Base Camp Patak Banteng
                   

pendakian kali ini rencananya akan bersama dengan sahabat dari Jakarta dan Semarang.
sambil menunggu kabar kedatangan mereka, saya istirahat sambil re-packing kembali peralatan pendakian.
Base Camp ini juga disediakan 2 kamar mandi yang cukup bersih.

cukup lama saya menunggu disini, dari sore.
dan tepat pukul 7 malam, ada informasi bahwa mereka kemungkinan lusa pagi baru sampai.
ditengah kebingunan itu, tak lama kemudian datang rombongan lain dari Jakarta berjumlah 7 orang.
setelah ngobrol sebentar, saya memutuskan untuk melakukan pendakian bersama mereka malam itu juga.

dan kami memulai pendakian tepat pukul 8 malam, menelusuri kelamnya malam diantara rumah-rumah penduduk.
trek awal berupa anak tangga yang cukup terjal, diapit perkebunan penduduk setempat yang terlihat samar -samar.

kebanyakan para pendaki lebih memilih mendaki dimalam hari. untuk menghindari cuaca panas dan sengatan sang mentari. tapi mendaki malam hari cukup berbahaya, karena keterbatasan jarak pandang.
waktu tempuh jalur ini ke puncak berkisar 4 - 5 jam perjalanan, dengan kontur tanah yang keras dan tanjakan-tanjakan curam siap menyapa kita sepanjang jalurnya.

sepanjang perjalanan kita bisa melihat keindahan lampu berwarna - warni di perkampungan dan Desa kecil yang membentang dibawahnya.
sembari merasakan hembusan angin pegunungan yang cukup dingin menembus kulit.
disarankan kenakan baju hangat dan jangan beristirahat dalam waktu yang lama. jangan sampai kedinginan. selalu menjaga kondisi dan suhu tubuh kita.
walaupun Gunung ini pendek, namun suhunya sangat dingin. seperti Gunung Papandayan di Jawa Barat.

karena pendakian malam hari, saya tidak sempat mengambil foto sepanjang perjalanan di jalur ini.
tanjakannya yang terjal, membuat kita selalu berhati-hati ketika melangkah dan berpijak.

setelah melewati sebuah tanjakan yang sangat terjal dan panjang, kita akan bertemu di sebuah jalanan yang landai.
itu sebagai petanda, bahwa sesaat lagi kita akan segera sampai di Camping Area Gunung Prau.


Camping Area
                   

pukul 12 malam, saya dan rombongan dari Jakarta sampai disini.
suhu yang dingin membuat kami segera pasang tenda dan mulai memasak untuk makan malam.
disekitar tempat ini sudah ada beberapa tenda pendaki lain yang berdiri agak berjauhan dekat bukit-bukit yang berjejer .
disarankan mendirikan tenda dibalik bukit ini, untuk menghindari terpaan angin secara langsung.

malamnya kita disuguhkan panorama alam yang luar biasa indahnya. dikejauhan nampak lampu-lampu yang menghiasi salah satu Kota.

karena lelah selama perjalanan, sebaiknya kita segera tidur, dan bersiap bangun esok subuh sembari menanti datangnya sang mentari.


View dari Gunung Prau
                   


Sepasang Kekasih. hehehehe
                   


siapkan kamera anda. dan dokumentasikan semua yang anda liat ketika saat-saat penantian terbitnya mentari dari ufuk timur cakrawala.
dari sini kita bisa melihat Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Penanggungan, Gunung Merapi, Gunung Merbabu dan Gunung Lawu dari kejauan.
sejelek apapun kamera anda, hasilnya pasti bagus ketika anda memotret disini.


foto dari Camping Area
                   

jika ingin berfoto ria, disekitar sini juga terdapat ladang Bunga Desi. yang tumbuh menghiasi hampir semua sisi lembah dan bukitnya.


Ladang Bunga Desi
                 

jika anda ingin ke puncak tertinggi, tinggal berjalan 15 menit melintasi jalur yang sedikit menanjak dibelakang Camp Area.
ditandai dengan adanya sebuah tulisan yang menempel di pohon pinus.


Puncak Gunung Prau
                   

dari sini kita bisa melihat Gunung Slamet dan Dataran Tinggi Dieng dengan Telaga Warna nya.


Dataran Tinggi Dieng
                       

bagaimana sahabat traveller, indah bukan ?
dijamin nggak bakal nyesal deh kalo sahabat traveller kesini.

untuk perjalanan pulang, sebaiknya melewati jalur yang berbeda. via jalur Dieng Kulon. sambil melihat pemandangan yang lain maksudnya. hehehehe.

sedikit info :
2 jalur ini, sepanjang perjalanannya tidak ada mata air.
disarankan siapkan air sesuai kebutuhan dan jumlah anggota. jangan kurang. kalau lebih sangat dianjurkan.


Ladang Sabana
                 

perjalanan pulang via Dieng Kulon, trek awal kita akan melintasi sabana yang sangai indah. naik turun di bukit-bukit kecil yang berjejer.
dikejauan nampak menara Repeater. setelah kita melewati sebuah punggungan dengan jurang dalam di kiri-kanannya.


Jalur menuju Menara Repeater
                   

dari sini dibutuhkan waktu 30 menit lagi agar kita bisa sampai ke Pos Menara Repeater.


foto dari Menara Repeater
                   

setelah melewati tempat ini, kita akan melintas si sebuah jalan turunan yang sangat terjal. disarankan lebih hati-hati, karena kontur tanahnya miring dan tidak beraturan.
gunakan akar-akar pohon atau ranting yang menjuntai sebagai pegangan.
waktu tempuh dari Pos Menara - Desa Dieng Kulon berkisar 1 - 2 jam. dengan melewati rimbunan pohon pinus sepanjang jalan.

dijalur ini ada beberapa persimpangan jalan. terus ikuti petunjuk arah yang menempel di batang-batang pohon.
akhir dari jalur ini, ditandai dengan kita memasuki area perkebunan penduduk khas dataran tinggi.


menuju Desa Dieng Kulon
                   

dari sini waktu tempuh ke Desa Dieng Kulon 30 menit lagi.
dan akan ditandai dengan adanya jalan raya yang cukup lebar menuju ke Wonosobo.