hawa dingin semakin terasa, ketika saya keluar dari kendaraan kecil yang baru saja mengantarkan saya dan rombongan dari Jakarta sampai di kampung kecil di kaki Gunung Merapi. tak ingin menunggu lama, saya segera mengambil carrier yang segede gabang, dan menepi disalah satu teras sebuah warung makan yang masih tertutup rapat. sekilas saya melihat jam di tanganku, tepat pukul 4 subuh. ahhh masih pagi benar. nampak jalanan masih sepi, dan nyaris tak ada satu pun kendaraan yang melintas. padahal jalan raya ini sebagai penghubung antar kota, Boyolali - Magelang yang persis melintas di kaki Gunung Merapi dan Merbabu. tak banyak yang bisa dilakukan, selain ngobrol ngolor-ngidul sambil mengusir hawa dingin khas pegunungan yang menusuk kulit.
"Bu...Bu, bangun Bu". seru salah satu sahabatku kembali terdengar, sambil mengetok pintu warung tersebut. entah sudah berapa kali panggilan itu terus dilakukan. memang nasib belum beruntung. hehehehe.
tak lama suara Adzan dari sebuah Masjid mulai terdengar, dan bersamaan dengan suara derik pintu yang dibuka dari dalam, melegahkan hati saya dan rombongan. sesosok tubuh wanita tua pun muncul dari dalam warung disertai dengan senyumnya yang ramah.
"maaf Nak, Ibu baru bangun. dan ini masih terlalu pagi, biasanya Ibu belum bangun. tapi tadi Ibu dengar suara banyak orang di luar". kata Ibu tadi.
"nggak apa2 Bu, kami mau minta tolong buatin minuman hangat saja dan makan juga Bu. kami semua dari Jakarta, dari tadi kami di sini". jawab salah satu temanku.
"masuk saja Nak, Ibu mau nyalakan tungku dulu". kata Ibu itu sambil berlalu dari hadapan kami.
ini merupakan salah satu warung yang berada di Kecamatan Selo. letaknya berdekatan dengan Pos Polisi dan jalan setapak menuju Base Camp jalur pendakian Gunung Merbabu. sementara Base Camp jalur pendakian Gunung Merapi letaknya agak jauh lagi dari warung ini. sebenarnya kendaraan bisa sampai ke Base Camp, tapi karena kesepakatan awal dengan sopir travel bahwa kami minta diturunkan di warung ini. dari sini dibutuhkan waktu 20 menit berjalan kaki untuk bisa sampai ke Base Camp Gunung Merapi.
gerbang masuk Gunung Merapi |
menuju ke Base Camp dengan melintasi jalan raya berupa tanjakan yang terjal, cukup menguras tenaga. apalagi hari sudah beranjak siang dan disertai terik mentari membakar kulit. cukup lama istirahat disini. sambil mengemas kembali barang bawaan. dan tepat pukul 3 sore kami mulai melakukan pendakian. trek awal masih melintasi ladang para penduduk khas daerah pegunungan. beberapa kali berpapasan dengan penduduk yang baru pulang dari ladang. kondisi tanah yang berdebu cukup menyulitkan saya untuk berjalan lebih cepat, apalagi di kiri jalan beberapa titik jurang yang dalam turut menghiasi jalur ini. sedikit saja lengah, tamat sudah riwayat.
"hati-hati, awas jurang di kiri". kata-kata itu sering terdengar, untuk mengingatkan teman yang berada dibelakang. 90 menit berjalan, sampailah kami di Pos Shelter 1, ditandai dengan adanya sebuah bangunan kecil yang berdiri di kanan jalan. disini kami berpapasan dengan 2 orang wanita penduduk Desa setempat yang akan pulang setelah mencari rumput-rumput liar untuk makanan ternak.
Wanita-Wanita perkasa dari lereng Gunung Merapi |
diantara rombongan kami, ada 3 orang wartawan media sosial dari Jakarta. dan mereka pun langsung mengabadikan momment tersebut dengan kamera. sungguh perkasa Wanita-Wanita ini, hampir tiap hari naik-turun Gunung dengan memanggul muatan yang sarat beban.
kembali beranjak dan menelusuri jalur yang semakin menanjak dan berdebu, membuat kami semakin sering berhenti dan istirahat sejenak. lelah. penat. itu sudah pasti. keringat dingin mulai membasahi wajah dan seluruh badan. hampir 2 jam lamanya, kami baru bisa sampai di Pos Shelter 2. hari telah beranjak senja. dan matahari pun sesaat lagi akan pergi dan menghilang di ufuk barat. dari Pos Shelter 2, jalur semakin menanjak. dan kian terjal dari sebelumnya. kondisi jalur berubah, dari tanah menjadi jalur berbatu. seringkali dagu dipaksa untuk menyentuh lutut. banyaknya batu-batuan lepas di tengah jalur, membuat saya harus lebih berhati-hati lagi untuk terus melangkah. disini nyali kita diuji, seberapa kuat kita sabar dan terus berjalan melewati jalur-jalurnya. seringkali juga carrier dihempas begitu saja ke tanah, beratnya beban semakin menambah lelah. nafas seakan mau putus sudah, disertai keterbatasan jarak pandang yang kian membuat nyali kita ciut. hanya orang-orang bermental baja dan berjiwa petualang saja yang berani mengambil resiko untuk mendaki di terjalnya jalur ini. terus berjalan di kelamnya malam, merangkak di salah satu punggungan dengan tanjakan yang nyaris tak berujung. tak ada kata lagi yang terucap. hanya Doa dan terus ber-Doa, semoga dikuatkan agar bisa terus berjalan.
dan harapan itu mulai nampak, ketika sayup-sayup terdengar panggilan dari salah satu sahabat yang berada di depan kami.
"Pos Tugu 1". suara itu seakan membakar semangat kami untuk kembali melangkah menapaki jalanan terjal ini. dan tak lama kemudian, akhirnya kami sampai di sebuah tempat di sisi kanan jalan si balik sebuah batu besar. tanah lapang ini hanya mampu menampung 2 buah tenda saja. kami segera membangun tenda disini dan memasak untuk makan malam. aaahhhh lelah sangat. ingi rasanya segera masuk tenda dan tidur secepatnya.
. . . . . pukul 6 esok pagi nya.
"woooeee bangun bangun . . ." teriak salah satu teman membuyarkan lamunanku. dan kami segera mendekatinya sembari bertanya apa yang terjadi. dia hanya menunjukan tangannya ke arah belakang tenda kami. astagaaaaa..... dan ternyata persis dibelakang tenda dan nyaris tak ada jarak terdapat sebuah jurang yang sangat dalam. saking dalamnya, dasar jurang itu pun nyaris tidak terlihat. hanya dihalangi ilalang liar dan beberapa pohon Cantigi saja disisi luarnya. kami semua hanya terdiam. karena memang malam sebelumnya kami tidak bisa dalam jarak yang jauh. tapi, panorama alam disini sangatlah indah. dan pemandangannya sudah mulai terbuka. puncak Gunung Merapi sudah terlihat dengan jelas. disisi lain Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing nampak dengan anggunnya menghiasi pagi nan damai.
view dari Pos Tugu 1 |
view dari Pos Tugu 1 |
hari pun beranjak siang, ketika kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju Camp Area Pasar Bubrah. jalur masih menanjak, dihiasi batuan lepas menghampar tak beraturan ditengah jalan. rasa lelah seakan terobati, karena mata kita dimanjakan dengan panorama alam yang sangat indah. dibelakang kita nampak Gunung Merbabu seolah dekat sekali di depan mata. berhati-hatilah ketika kita berada di jalur ini. di kiri-kanan jalan jurang nan dalam siap menyambut, jika kita lengah.
beratnya beban tak menyurutkan langkah kakiku untuk terus berjalan. dan tak lama kemudian, saya dan rombongan sampailah di Pasar Bubrah. belum banyak pendaki mendirikan tenda disini. karena hari masih siang. dan disarankan, pasang tenda disamping batu-batu besar di sekitar area ini, untuk menghindari terpaan angin secara langsung.
Camp Area "Pasar Bubrah" |
segera kami bagi tugas. pasang tenda, masak dan cari kayu bakar. siapkan dan pakai baju hangat yang tebal, karena suhu udara disini sangatlah dingin menusuk kulit.
selesai makan malam, kami semua pun segera tidur untuk persiapan summit besok subuhnya.
. . . . . . . . . . . . .
dering alarm handphoneku nyaring terdengar mengusik subuh nan damai. diluar tenda suara gaduh sahabat lainnya kian terdengar seraya memanggil yang lain agar segera berkumpul sebelum pendakian menuju puncak. nampak dikejauham lampu-lampu senter pendaki lain kelap-kelip menghiasi lereng Gunung. dan kami segera memulai pendakian terakhir ini, dengan melintasi medan berpasir tebal. disini kita harus banyak bersabar untuk melangkah. dengan kata lain, naik 3 langkah terus melorot 2 langkah. begiru seterusnya. beberapa kali saya dipaksakan untuk berbaring diatas pasirnya karena lelah yang sangat merasut raga. dibutuhkan waktu hampir 2 jam untuk bisa mencapai puncaknya.
dan rasa lelah akan terbayar ketika kita sampai di puncaknya. sembari menanti momment terbitnya sang mentari dari ufuk timur cakrawala.
tak bisa lagi dilukiskan dengan kata-kata, ketika kita berada disini. nampak dikejauham lampu-lampu kota menghiasi tanah datar nan luas membentang. sisa-sisa keganasan meletusnya tahun 2010 terlihat jelas di bibir kawah yang terjal. sesekali terdengar letusan yang berasal dari kawah mengagetkan kami semua. dan disarankan jangan berlama-lama berada diatas puncak. asap beracun dari dalam kawah sangatlah berbahaya, menjaga kemungkinan jikalau angin berubah arah dan menuju ke puncak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar