Sabtu, 06 Juni 2015

menjajal keindahan Danau 3 warna di puncak Gunung Kelimutu






sahabat, pasti tidak asing lagi kan mendengar atau membaca nama tempat ini ? ... yaah, Gunung Kelimutu yang saat ini sudah menjadi salah satu Taman Nasional di Indonesia. melihat keindahannya pasti sangat menggugah niat bagi siapa saja yang belum pernah kesana. dan bahkan bagi mereka yang sudah pernah kesana pun ingin kembali. kembali untuk menyaksikan panorama alamnya. sebuah Maha Karya Sang Pencipta di Bumi Nusa Bunga, sebutan untuk Pulau Flores.

kemasyurannya sudah banyak dikenal dimana-mana. pernah terukir indah dilembaran Rupiah, dan salah satu kartu pos di Negeri Sakura. pada musim-musim tertentu, ketiga Danau ini sering berubah warna.

Gunung Kelimutu berada diketinggian 1600 meter diatas permukaan laut. dan lokasinya di Desa Moni, Kabupaten Ende. walaupun Gunung ini tergolong pendek, namun suhunya cukup dingin menusuk kulit. siapakan jaket tebal, jika anda berencana berkunjung kesini.

bagi sebagian besar wisatawan, lebih memilih jalur dari Desa Moni. selain jalannya sudah bagus, jalur ini juga merupakan jalur resmi untuk menuju ke puncakanya. untuk mencapai ketempat ini bisa menggunakan kendaraan roda 2 dan roda empat. jika anda dari luar Flores, perjalanan udara melalui Maumere atau Ende. dengan lama perjalanan 2-3 jam.

bagi para petualang yang suka dengan tantangan, atau para pendaki Gunung, ada jalur lain yang lebih menantang. untuk mencapai puncaknya dengan berjalan kaki melintasi salah satu punggungan bukit di sisi Timur Laut.

dan saya pernah menjajal jalur ini, ketika melakukan pendakian di pertengahan Maret 2015.

Berikut adalah cerita perjalanannya :

* * * * * * *

masih pagi benar ketika kami memulai pendakian. dengan mengajak 3 orang pemuda penduduk setempat, kami yang berjumlah 8 orang mulai melangkah meninggalkan Kampung Nuapaji. salah satu pemukiman penduduk di pedalaman Flores Tengah.

track awal berupa tanah padat berdebu. dan masih melintasi perkebunan penduduk setempat, dan kami dipaksa untuk sering istirahat sekedar melepas penat. hawa panas mulai terasa, padahal masih jam 9 pagi.

"cuaca di Flores memang agak panas". begitu kata salah satu penduduk yang ikut dalam rombongan kami.

tak lama berselang, kami sampai disebuah tanah datar yang cukup luas. dikiri kanan jalan masih terlihat perkebunan penduduk. sejenak kami melayangkan pandangan ke arah jalan yang baru saja kami lewati. cukup terjal memang. untuk diketahui, jalur ini tanpa bonus. alias menanjak terus. penat sangat, apalagi kami melakukan pendakian di siang bolong.

dan kami kembali melanjutkan perjalanan melintasi tanjakan bak tak berujung. beban dipunggung terasa semakin berat. pakaian sudah basah dengan keringat. langkah kaki mulai melambat. beberapa kali terdengar teriakan "break ... break". dari teman-teman sesama pendaki. aahhh lama sekali rasanya melewati tanjakan ini.

pemandangan alam disini sangat memanjakan mata. nun jauh di sisi timur laut nampak Gunung Kelisamba berdiri dengan anggunnya bak menggapai langit. sementara dibawahnya membentang Laut Sawu nan membiru. Gunung Kelibara disisi Barat menjulang dihiasi rimbun hutan tropisnya. dan dibawah sana, membentang dengan indahnya petak-petak sawah nan menghijau bak permadani. aaahhh indah sekali berada disini. berdiri disini, kita juga bisa melihat Bukit, Gunung, Ngarai dan Lembah nan indah. sebagaimana mewakili panorama alam Tanah Flores yang mempesona.

sementara sang mentari kian beranjak diufuk barat. langit yang tadinya cerah, secara perlahan mulai gelap. pertanda senja akan segera datang. tapi kami masih disini. berkutat dengan tanjakan. tapi kami terus berjalan, dengan tenaga yang masih tersisa. dan tak lama kemudian, seiring tenggelamnya sang mentari, kami sampai di Desa Pemo. ini merupakan Desa terakhir. dan terletak persis dilereng Gunung Kelimutu.

"kita istirahat dan tidur disini saja. besok subuh baru jalan lagi". kata salah satu pemuda lokal yang ikut dengan rombongan kami. dari sini ke puncak perjalanan tinggal 1-2 jam lagi. begitu informasi yang kami dapatkan dari salah satu penduduk di Desa ini.

segera kami bagi tugas. pasang tenda, memasak dan ambil air minum buat bekal perjalanan besok subuh. karena lelah sepanjang perjalanan, selesai makan malam kami semua segera tidur dan kembali mengumpulkan tenaga buat perjalanan selanjutnya.

* * * * * * *

pukul 4 subuh kami kembali melanjutkan perjalanan. kali ini rombongan kami berjumlah 10 orang. kami sengaja mengajak 2 orang warga di Desa ini sebagai penunjuk arah. untuk mencegah supaya tidak salah jalan dan bisa terhindar dari bahaya lainnya. karena menurut informasi yang kami dengar, Gunung ini sangat mistis. dan merupakan tempat berkumpulnya arwah-arwah orang yang telah meninggal dunia. iiihhh merinding jadinya kalau dengar cerita tersebut.

dengan mengandalkan 2 orang penduduk Desa setempat, langkah kami terus menapaki jalanan tanah lunak. head lamp sebagai penerang terus menyala menghiasi gelapnya malam. beberapa kali kami berhenti sejenak mengikuti kata si penunjuk jalan. entah apa maksudnya kami tidak tau dan tidak menanyakannya.

sementara lantunan merdu Burung "Guru Giwa", memecah dikesunyian malam dibarengi dengan gemercik lembut suara pinus yang dihempas sang lembayung, membuat perjalanan kali ini lebih terasa indah. dan tepat pukul 5 pagi kami sampai di puncak Gunung Kelimutu sembari menanti datangnya dang mentari.

namun apa hendak dikata, langit diufuk timur cakrawala enggan menampakan rona jingga yang dinanti. kabut tebal menghiasi seisi area puncaknya. dan kamipun terpaksa harus menunggu hingga pukul 9 pagi untuk melihat keindahan ketiga Danaunya.

saat yang ditunggu pun tiba. perlahan kabut mulai hilang meninggalkan puncak. senyum merekah menghiasi wajah kami masing-masing. dan akhirnya kami bisa melihat dengan jelas keagungan Maha Karya Sang Pencipta.

Danau ini terdiri dari 3 buah kawah yang cukup luas. 2 kawah letaknya berdampingan, yakni Tiwu Ko'o Fai Nuwa Muri dan Tiwu Ata Polo. sementara 1 kawah lagi berada agak berjauhan yakni Tiwu Ata Bupu. dan untuk melihat ketiga Danau secara keseluruhan, kita tinggal menaiki anak tangga yang cukup panjang dan berakhir disebuah tugu yang cukup tinggi.

tapi tak lama berselang kabut kembali datang. menutup kembali area puncak dan sekitarnya. nampak rasa kecewa menghiasi wajah para sahabat.

"tak apalah, kan kita sudah liat tadi". ujarku menghibur.

"kalian datang masih musim hujan, disini masih banyak kabut kalau pagi hari". begitu kata salah satu penduduk Desa yang ikut dirombongan kami. nampak raut wajah kecewa menghiasi wajah para sahabat. tak apalah. kan kita sudah melihat

"kalau mau lihat matahari terbit dari puncak, biasanya musim kemarau. dan mulai bulan Mei - September". lanjut Bapak tadi.

tak apalah, begitu kata hatiku. yang penting kami semua selamat dan sukses dipendakian kali ini. serta kami bisa sampai dipuncak tanpa ada yang cidera.

setelah puas berfoto ria, kami segera kembali turun dengan segudang cerita perjalanan yang kami telah kami lalui bersama.



Tidak ada komentar: