“kapan kita kesana lagi yah?”
“belum puas rasanya kemaren kita disana”
“ iyah yah . . . “
“kapan yah ?”
obrolan ini mengusik rutinitas harianku, ketika saya
kembali berjumpa dengan sahabat-sahabat traveler. Bagaimana tidak?, perjalanan
5 hari yang telah kami lalui seakan membekas dan kembali terlintas dibenakku.
Tentang yang telah kami lalui, tentang seambreg cerita yang menyertai
perjalanan, tentang Adat, Budaya, Kuliner, Panorama Alam, dan keramahan penduduk
lokal yang kami jumpai.
Tanah Batak pada dasarnya dibagi lagi menjadi 5 Suku
besar. Diantaranya Toba, Karo, Mandailing, Pak-Pak, Simalungun. Tapi dengan
keterbatasan waktu, kami hanya menjelajahi beberapa tempat wisata saja di Tanah
Toba dan Karo. Dengan rute perjalanan dimulai dari Kota Medan – Pematangsiantar
– Prapat – Pulau Samosir – Pangururan – Sidihongi – Tele – Parbakalan –
Sidikalang – Tongging – Merek – Kabanjahe – Berastagi dan kembali lagi ke Kota
Medan.
Kala itu. Kabut asap yang kian menyelimuti hampir semua
wilayah di kepulauan Sumatra dan sekitarnya seolah enggan beranjak pergi.
Langit biru yang dinanti pun enggan menampakan wujudnya. Imbasnya beberapa rute
penerbangan menuju ke Bandar Udara Kulanamo Kota Medan mengalami keterlambatan.
Waktu yang telah kami sepakati untuk meeting point di pelataran bandara molor
5-6 jam lamanya. Karena kami harus menunggu lagi salah satu sahabat dari
Bandung. Dan alhasil kami akhirnya bisa berkumpul semua pada pukul 21:30 wib.
Perjalanan kali ini, saya bersama 5 sahabat lainnya
dengan berbagai Suku dan tempat tinggal yang berbeda. Flores, Jawa, Sunda,
Batak dan Kalimantan mewakili beberapa Suku di Indonesia hehehe. Diantara kami sebenarnya bekerja di tempat kerja yang
sama dan saat itu sedang dalam masa cuti kerja, dan kami sepakat bersama
menjelajahi Tanah Batak, sembari menghadiri pernikahan Adat Batak Karo dari
salah seorang sahabat kami.
Dan malam kian beranjak, ketika kami meninggalkan
pelataran parkir Bandara Kualanamo. Rute perjalanan yang sebelumnya telah kami
rencanakan perlahan kami lewati. Tujuan awal adalah Kota Pematangsiantar,
karena kami rencanakan menjelajahi Tanah Batak dari sisi Timur. Disini kami
sempatkan makan malam karena perut mulai keroncongan sebelum melanjutkan
perjalanan.
Deru kendaraan menyatu dengan butir-butir tirta yang
mulai membasahi jalanan yang kami lewati. Jalur timur Sumatra Utara malam itu
padat dengan kendaraan yang melintas, beberapa tempat terjadi kemacetan karena
penyempitan diruas jalan. 3 jam perjalanan berlalu, kami sampai di Kota
Pematangsiantar. Disini kami menginap dirumah salah satu satu rekan kerja.
Lelah seharian sangat menguras tenaga, alhasil sesaat kemudian kami terlelap
dalam tidur sembari mengumpulkan tenaga buat perjalanan selanjutnya.
Hari ke-2. Masih subuh benar, Nampak dari luar rumah
langit masih gelap. Hawa dingin masih terasa, ketika kami kembali melanjutkan
perjalanan.
“kita harus berangkat pagi, supaya bisa dapat kapal
pertama ke Pulau Samosir “. Kata sopir travel yang menemani perjanan kami.
Beberapa saat kemudian jalanan yang kami lewati mulai
terlihat jelas. Ruas jalan yang menyempit dan berkelok menyertai perjalanan
yang mengantar kami ke Pelabuhan Ajibata. Dan masih sama seperti sehari
sebelumnya, langit masih didominasi kabut. Keindahan Danau Toba yang menjadi
primadona dan sekaligus tujuan utama petualangan kami kala itu, tenggelam
bersama balutan kabut yang menghiasi hampir semua wilayahnya. Tapi hal itu
tidak menyurutkan langkah kami untuk terus berpetualang demi menjelajahi Tanah
Batak ini.
Ternyata kami terlampau pagi sampai disini, hehehehe.
Kami harus menunggu hampir 2 jam lamanya, dari jam keberangkatan resmi kapal
feri. Dan waktu yang tersisa kami kembali mencoba kuliner lokal disalah satu
warung yang berjejer didepan pelataran pelabuhan.
“Mie Gomak”, salah satu kuliner lokal di Tanah Batak Toba
ini kami cicipi bersama. Tekstur mie yang ukurannya lebih besar dari mie normal
punya daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang mencobanya.
Setelahnya kami segera masuk kedalam kapal feri
penyeberangan menuju ke Pulau Samosir. Pagi nan damai. Bersama penduduk lokal,
kapal feri ini membawa cukup banyak kendaraan dan penumpang lainnya. Segelas
kopi medan yang tersohor menemani perjalanan diatas kapal feri ini. Sembari
melihat lebih dekat kehidupan masyarakat dipesisir Danau Toba. Hmmmm alam yang
indah dan masih terjaga keasliannya.
Pelabuhan Tomok - Pulau Samosir |
Tanpa terasa kapal feri yang kami tumpangi perlahan
merapat di Pelabuhan Tomok, salah satu pintu masuk ke Pulau Samosir. Tidak
banyak terlihat aktifitas masyarakat disini. Perlahan meninggalkan pelabuhan,
tujuan awal kami ke “Hotel Caroline”, salah satu penginapan di Pulau Samosir.
Setelah check-in dan menyimpan barang bawaan, kami melanjutkan petualangan
menjelajahi tempat-tempat wisata di Pulau ini. Untuk diketahui, disini terdapat
banyak sekali tempat wisata yang layak untuk disinggahi. Karena keterbatasan
waktu, kami akhirnya memilih beberapa tempat wisata saja yang mudah dijangkau.
Diantaranya :
·
Patung Sigale-Gale
·
Makam Raja Batak
·
Museum Tomok
·
Bermain
banana boat di Danau Toba
Hari ke-3. ketika sang mentari masih bersembunyi dibalik
kabut, kami melanjutkan kembali perjalanan. Sempat singgah sebentar di “Pantai
Pasir Putih Parbaba”, dan dilanjutkan perjalanan menyisir perkampungan di Pulau
Samosir.
Pantai Pasir Putih, Parbaba |
Nampak dikiri-kanan jalan kuburan-kuburan yang dibuat
sedemikian rupa berbentuk Rumah Adat Batak Toba, menghiasi hampir disepanjang
perjalanan. Dan mata kami juga seolah disuguhkan dengan panorama alam pedesaan
nan elok memanjakan mata. Sementara kabut tipis kembali menyertai perjalanan,
ketika kendaraan yang kami tumpangi melintas dijalanan berkelok. Kali ini kami
akan mendatangi tempat wisata “Danau diatas Danau”, di wilayah Sidihoni. Tempat
ini sering digunakan sebagai area camping ground bagi para pecinta alam. Berada
disuatu ketinggian, dengan alam yang asri.
Kembali menyisir pesisir Danau Toba dan kami melanjutkan
perjalanan ke Tele. Disini jika alam lagi bersahabat, kita bisa melihat dengan
jelas keseluruhan panorama alam Danau Toba dan sekitarnya. Namun sayang, ketika
kami sampai ditempat ini, kabut masih setia menyelimuti cakrawala. Sedikit
kecewa, tapi tak apalah hehehe.
Beranjak dari Tele, kami kembali dimanjakan dengan
panorama alam yang indah,
Jalanan berkelok dan terus menanjak membawa kami di salah
satu Kota Kabupaten di Tanah Batak. “Sidikalang”. Kota kecil diketinggian,
disertai hawa dingin khas dataran tinggi. Kami pun mampir disalah satu tempat
wisata favorit di Kota Kecil ini. “ Taman Wisata Iman”. Tempat ini berdiri pada
satu area yang cukup luas, dan berada disalah satu ketinggian. Sangat cocok
buat menghabiskan waktu ketika mengisi liburan. Dan lebih utama lagi, tempat
ini merupakan Taman berdoa bagi para pengunjung yang datang.
Taman Wisata Iman, Sidikalang |
Malam itu di Kota Sidikalang kami menginap dirumah salah
satu sahabat kami yang ikut dalam petualangan ini. Udara dingin dan lelah
seharian di perjalanan membuat kami kembali terlelap dalam tidur yang panjang.
Maklum, hari itu banyak tempat yang kami jelajahi. sangat sangat menguras
tenaga hehehe.
Taman Wisata Iman, Sidikalang |
Hari ke-4. Pagi itu landscape Danau Toba masih diselimuti
kabut, kendaraan yang kami tumpangi kembali melintasi perkampungan penduduk.
Jalan sempit dan bukit savana menjadi salah satu pemandangan yang tampak di
depan mata. Setelah mampir sebentar di “Museum Tugu Silalahi” dan berfoto
bersama, kami melanjutkan perjalanan dengan melintasi jalanan berkelok dan
menanjak. Disini panorama alam sudah mulai berubah, deretan pohon pinus yang
menghiasi perbukitan ditambah balutan kabut tipis mengantarkan kami hingga ke
titik tertinggi ditempat ini.
Museum Silalahi |
Beberapa saat kemudian kami sampai juga di pelataran
parkir wisata alam “Air Terjun Sipiso-Piso”. Walaupun kabut masih menyelimuti
hampir seantero tempat wisata ini, itu tidak menyurutkan niat kami untuk menjajal
seribu anak tangga berkelok dan melipir diantara tebing-tebing nan terjal. Lelah
sudah pasti. Namun Sipiso-Piso punya daya tarik tersendiri buat kami untuk
berupaya sekuat tenaga supaya bisa sampai dititik terendahnya. Beberapa langkah
sebelum kami sampai dikubangan air yang beralaskan bebatauan ini, gemercik
tirta disertai kencangnya angin menjadi salah satu sensasi yang berbeda.
Aaahhhh ingin rasanya berada dalam waktu yang lama disini.
Panorama Alam Sipiso-Piso |
Lelah menapaki seribu anak tangga apalagi kondisi dengan
kondisi badan sudah basah kuyup, membawa kami kembali ke pelataran parkir.
Oiyah, tempat ini juga terdapat warung-warung berjejer yang menawarkan
cinderamata Khas Tanah Batak. Tak mau ketinggalan kami pun membeli beberpa
cinderamata disini yang cukup terjangkau harganya, lumayanlah oleh-oleh selama
perjalanan.
Sekembalinya dari Sipiso-Piso kami kembali melintasi
perbukitan dengan kelokan nan terjal. Perut mulai keroncongan setelah
perjalanan melelahkan sebelumnya, akhirnya kami makan disalah satu warung kecil
yang masih berada dipesisir Danau Toba. 2 ekor ikan yang cukup besar ditaburi
“Andaliman” bumbu masakan Khas Batak Karo sesaat kemudian ludes tak tersisa.
makan-makan hahaha ... |
Kembali melanjutkan perjalanan dan masuk di wilayah Tanah
Batak Karo. Melintasi Merek, Kabanjahe dan Berastagi. Rencana awal untuk
melihat Gunung Sinabung dari kejauhan pun sirna, karena langit Tanah Batak kala
itu masih diselimuti kabut. Yaah sudahlah, mungkin lain kali kalau ada waktu
dan kessempatan bisa kesini lagi.
Setelah melewati Berastagi, langit mulai gelap. Gerimis
perlahan mulai turun membasahi jalanan. Perjalanan kami terhenti sejenak di
“Pemandian Air Panas Sidebu-Debu”. Lelah selama perjalanan membuat kami seakan
enggan beranjak dari hangatnya kolam pemandian ini. Bau belerang cukup
menyengat, maklum kolam pemandian ini sumber airnya langsung dialiri dari kaki
Gunung berapi Sinabung.
Beranjak dari Sidebu-Debu kami mampir sejenak di salah
satu puncak yang merupakan tempat istirahat, sembari menikmati Jagung Bakar dan
minuman hangat. Perjalanan kembali ke Kota Medan malam itu ditemani derai sang
tirta.
Hampir tengah malam, kami sampai di Kota Medan. Dan
menginap disalah satu penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya. Lagi lagi
lelah selama perjalanan, membuat kami terbawa dalam tidur masing-masing.
Hari ke-5. Akhir dari petualangan menjelajahi Tanah
Batak.
Kami menghadiri pesta pernikahan “Adat Karo” salah
seorang sahabat, sekaligus rekan kerja kami yang melangsungkan acara pernikahan
di Kota Medan. Ini merupakan pesta pernikahan terjauh yang pernah saya datangi
hehehehe. Bayangkan saja beranjak dari Kalimantan Timur, terus mampir di
Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke Medan.
Pernikahan Adat Batak Karo Seorang Sahabat |
Setelah usai menghadiri pesta pernikahan dan sebelum
berpisah, kami empat mengunjungi beberapa tempat wisata di Kota Medan.
Diantaranya Isatana Maimun Medan, Masjid Raya Medan dan Gereja Katholik
Valengkani.
didepan Istana Maimun, Medan |
# Horas Halak Batak
# Njuah-Juah
# Mejuah-Juah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar