bergegas mengambil barang dan keluar dari komplek stasiun. masih sepi. yang nampak hanya beberapa becak dan ojek motor yang mangkal didepan stasiun sambil menawarkan jasa kepada setiap penumpang yang lewat.
Gunung Lawu
perjalanan kali ini merupakan awal pendakianku ke Gunung Lawu. kalau di hitung-hitung, saya sudah 3 kali mendaki di Gunung ini dengan ketinggian 3265 meter diatas permukaan laut.
karena hari masih pagi benar, saya pun segera berhenti dan istirahat sejenak di salah satu angkringan didepan stasiun. sembari sarapan dan melepaskan lelah sepanjang perjalanan.
menunggu pagi datang, saya tertidur sejenak dilapak-lapak kayu yang menghampar tak beraturan dibelakang angkringan ini. cukup mengumpulkan kembali stamina sebelum melanjutkan perjalanan menuju kaki Gunung Lawu.
menuju ke Terminal Tirtonadi, saya menumpang becak dengan tarif Rp. 10000.
kemudian dilanjutkan menumpang bus yang cukup besar jurusan Solo - Tawangmangu.
Terminal Tawangmangu
sampai di Terminal Tawangmangu, saya akhirnya bertemu dengan 3 teman pendaki asal Jakarta.
disini kami kembali membeli perlengkapan pendakian yang masih kurang.
bergerak dari Tawangmangu, dengan menumpang kendaraan L300. melintasi medan berkelok dengan tanjakan yang cukup terjal.
dari sini hawa terasa mulai dingin, disarankan segera pakai baju hanget.
sementara dikiri-kanan jalan nampak ladang khas dataran tinggi, yang ditanami sayur-sayuran serta buah-buahan.
beberapa saat kemudian, kendaraan ini pun berhenti persis didepan gerbang masuk pendakian Jalur Cemoro Sewu.
ditandai dengan adanya gapura yang berdiri kokoh diatas sebidang tanah.
gerbang masuk
setelah re-packing kembali peralatan dan diawali dengan doa bersama, kami berempat segera memulai pendakian ini.
trek awal berupa jalan setapak yang cukup lebar, beralaskan batu-batuan sedang yang cukup rapi menghampar di medan yang masih landai.
sebelum sampai di Pos 1, kita akan temukan 2 Pos bayangan dan mata air Sendang Panguripan yang berada dipinggir jalur ini.
Pos Bayangan
menuju Pos 1 medannya masih landai. Pos 1 ditandai dengan sebuah bangunan permanen berada disisi kiri jalan.
disini juga terdapat sebuah warung, hanya masih ditutup saat kami sampai.
Pos 1
trek dari Pos 1 ke Pos 2 sudah mulai menanjak, masih melintasi hutan tropis dengan diselilingi pohon pinus yang berjejer mengitari perbukitan.
inilah trek terpanjang di jalur pendakian via Cemoro Sewu menurut saya. apalagi kabut seakan enggan pergi dari lereng-lereng yang terjal.
Pos 2
Pos 2 ditandai dengan bangunan seperti pos sebelumnya. berada disisi kiri tanah yang lapang.
nampak beberapa teman pendaki lainnya sedang istirahat ditempat ini.
setelah istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 3.
Jalak Gading
sepanjang perjalanan di jalur ini, kita akan menjumpai Burung Jalak Gading. ini merupakan burung penghuni Gunung Lawu. jinak dan sebagai penunjuk arah. karena dengan setianya burung ini terus mengikuti kita.
Pos 3
masih berupa bangunan permanen seperti 2 pos sebelumnya. namun kondisinya memprihatinkan.
atap seng nya banyak yang hilang, sementara hampir disetiap bidangnya dipenuhi tulisan dan gambar akibat ulah orang yang tidak bertanggungjawab.
"VANDALISME".
sebaiknya jangan istirahat lama-lama disini. bau belerang dari Kawah Condrodimuko sangat menyengat. apalagi arah anginnya mengarak ke jalur ini.
menuju ke Pos 4, merupakan trek terberat di jalur ini. dengan kontur medan tanjakan yang sangat terjal serta berkelok mengitari salah satu punggungan bukit.
kita dipaksa untuk sering berhenti, mengatur napas, mengumpulkan kembali tenaga.
rasanya semakin berat saja beban dipundak. namun disini mental dan nyali kita diuji, seberapa kuat kita bisa melewati tanjakan yang nyaris tak berujung.
dibutuhkan waktu hampir 2 jam, sebelum kami sampai di Pos 4.
Pos 4
di Pos ini tidak ada bangunan. ketaknya berada disebelah kiri jalan diatas tanah yang cukup sempit.
dari sini pemandangan sudah mulai terbuka. nampak dikejauan Telaga Sarangan di Kabupaten Magetan.
sementara disisi lain ladang nan hijau mengapit lembah dan ngarai, membentang hingga ke pemukiman penduduk.
Bunga Edelweis
pendakian ke Pos 5, kita mulai menemukan Bunga Edelweis yang tumbuh di bibir-bibir jurang. indah sangat.
lama kami berada ditempat ini, sambil melihat keindahan si kembang abadi ini.
Pos 5
tidak ada bangunan disini. hanya sebuah tanah lapang beralaskan tanah dan rumput liar.
disarankan jangan berkemah ditempat ini. karena areanya sangat terbuka dan bahaya ketika terjadi badai.
menuju Sendang Drajat
panorama alam semaki terbuka, ketika kita berada disini.
nampak ujung semua punggungan menyatu. ilalang dan cantigi dengan setianya menghampar di tiap-tiap bidang cadas.
dengan trek yang sudah mulai landai, perjalanan ke Sendang Drajat dapat ditempuh dengan waktu 20-30 menit saja.
sumur air di Sendang Drajat
kaget. itu sudah pasti. ketika pertama kali lihat tempat ini. masa, diatas ketinggian lebih dari 3000 meter ada sumur air.
tapi inilah keistimewahan Gunung Lawu. disamping ada air, disekitar sini juga ada 2 buah warung, yang biasanya dipergunakan oleh teman pendaki untuk makan dan tidur.
warung di Sendang Drajat
kami ber-4 akhirnya bermalam di warung ini. segera pesan makanan pada Ibu pemilik warung yang dengan ramahnya menyapa para pendaki seperti anak sendiri.
harga makanan dan minumannya cukup murah.
teh manis panas : Rp. 2000
kopi panas : Rp. 3000
mie rebus : Rp. 4000
nasi pecel : Rp. 6000
tapi bagi kami para pendaki, yang utama bukan harganya. tapi kebaikan Ibu ini melayani kami semua.
pernah tengah malam, ketika kami lagi tidur, ada pendaki yang baru sampai ketempat ini. Ibu ini pun segera bangun dan kembali masak, karena teman pendaki yang baru datang ini keliatan capek sekali dan butuh makan.
biasanya teman pendaki tidak mengambil lagi uang kembaliannya, setelah mereka bayar harga makanan dan minuman.
sebagai bentuk terimakasih atas kebaikan Ibu pemilik warung ini.
kalau ingat ini semua, jadi pengen kesana lagi. hehehehe.
pukul 4 pagi saya dibangunkan oleh seorang teman. kami berencana akan memulai pendakian terakhir menuju Puncak Hargo Dumilah, Gunung Lawu.
hari masih gelap, dan hanya menggunakan head lamp. kami ber-4 menyusuri setapak kecil yang melipir dari balik sebuah punggungan.
samar-samar nampak dikejauan lampu kelap-kelip menghiasi luasnya Kota yang berada di kaki Gunung.
setelah menempuh perjalanan selama hampir 45 menit, kami pun sampai di Puncak ditandai dengan bangunan berbentuk Tugu permanen, dengan lambang Kopassus disebuah sisinya.
Sunrise Puncak Lawu
juga seperti ini . . .
tak lama kemudian, rona jingga mulai nampak di ufuk timur cakrawala.
indah sekali. hanya kata itu yang bisa kuungkapkan. selebihnya saya mengadikan semuanya dengan kamera yang kubawa.
Bendera Merah Putih di Puncak
Puncak Gunung Lawu
ketika Matahari mulai menampakan wujudnya, kami memutuskan untuk turun. dan berencana akan mendatangi salah satu warung lagi yang berada di Hargo Dalem.
Warung Mbok Yem
sesuai dengan nama Ibu pemilik warung ini, "Mbok Yem".
dibelakang warung ini terdapat beberapa banguna lagi, salah satunya :
"Petilasan Prabu Brawijaya".
sewaktu Beliau muksa ke Gunung Lawu.
setelahnya, kami kembali ke Sendang Drajat.
makan pagi dan merapikan kembali peralatan pendakian.
perjalanan turun terasa lebih cepat. karena barang bawaan sudah mulai berkurang. waktu tempuh saat turun 4 - 5 jam saja.
dan kami pun berpisah disini. saya pulang menuju Stasiun kereta api Balapan di Kota Solo, untuk kembali ke Jakarta.
3 komentar:
Bang Noeeel...
Ternyata uda bikin Catper Lawu ya. Rencana long weekend ini ke sana.
Terima kasih banyak atas informasinya ya bang.
Sayang ga sempet nanya2 kemarin :(
Alhamdullah ku dapet informasi dr abang,insaallah ku mau kesna tgl 28062016,mhon doanya ya bang,salam hangat dan salam lestari
siaaappp masbrooo, sukses yah pendakiannya ...
Posting Komentar